kemiskinan dan gizi buruk

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang bertemakan “Kemiskinan dan Kesehatan” dengan judul “Gizi Buruk” dengan penuh kemudahan.

Makalah ini merupakan sebuah terobosan baru yang bisa membuka pikiran para pembaca agar lebih mengetahui tentang gizi buruk yang ada disekitar kita.

Makalah ini memuat tentang kemiskinan mulai dari pengertian, latar belakang, dan dampak kemiskinan. Dan juga tentang gizi buruk. Walaupun makalah ini mungkin kurang sempurna, tapi juga memiliki detail yang cukup jelas bagi pembaca.

Kami mengucapkan terima kasih kepada dosen isbd yang telah membimbing kami agar dapat mengerti bagaimana cara kami menyusun makalah ini.

Besar harapan kami, makalah ini bisa bermanfaat bagi siapapun yang membacanya. Tak ada gading yang tak retak, tidak ada yang sempurna di dunia ini, jika terdapat kekurangan atau salah dalam penulisan kami selaku penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Semoga Allah meridai hasil makalah ini. Amin ya rabbal ‘alamin.


BAB I

PENDAHULUAN

I. 1. Latar Belakang

Berbagai persoalan kemiskinan penduduk memang menarik untuk disimak dari berbagai aspek, sosial, ekonomi, psikologi, politik, dan kesehatan. Aspek sosial terutama akibat terbatasnya interaksi sosial dan penguasaan informasi. Aspek ekonomi akan tampak pada terbatasnya pemilikan alat produksi, upah kecil, daya tawar rendah, tabungan nihil, serta lemah dalam mengantisipasi peluang. Dari aspek psikologi terutama akibat rasa rendah diri, fatalisme, malas, dan rasa terisolir. Dari aspek politik berkaitan dengan kecilnya akses terhadap berbagai fasilitas dan kesempatan, diskriminatif, posisi lemah dalam proses pengambil keputusan. Sedangkan, aspek kesehatan berkaitan dengan jumlah pemenuhan kebutuhan nutrisi bagi tubuh seseorang.

Salah satu dampak kemiskinan dalam aspek kesehatan adalah gizi buruk. Seorang dosen senior di Universitas Indonesia Departemen Gizi Lanny Lestiani menegaskan bahwa kemiskinan merupakan salah satu penyebab utama kekurangan gizi di negara ini. "The eradication of poverty is a vital step in the process of improving the nutrition of the country's toddlers," she said. "Pemberantasan kemiskinan merupakan langkah penting dalam proses peningkatan gizi balita negara itu," katanya.

Gizi buruk adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan karena kekurangan asupan energi dan protein juga mikronutrien dalam jangka waktu lama. Anak disebut gizi buruk apabila berat badan dibanding umur tidak sesuai (selama 3 bulan berturut-turut tidak naik) dan tidak disertai tanda-tanda bahaya.

Pembahasan tentang masalah gizi berkaitan sangat erat dengan masalah kesehatan. Konsumsi gizi yang tidak seimbang akan berdampak pada kesehatan seseorang. Dan kami akan membahas mengenai kekurangan gizi atau gizi buruk dalam makalah ini. Gizi buruk dapat menyebabkan berbagai penyakit infeksi serta memicu munculnya berbagai penyakit degenerative. Untuk itu, pengetahuan tentang gizi buruk sangat diperlukan, bukan hanya orang-orang yang berkecimpung dalam bidang kesehatan, melainkan bagi khalayak umum yang ingin menjalani pola hidup sehat bagi diri dan keluarganya.

I. 2. Metode Pengumpulan dan Pengolahan

Dalam penyusunan makalah ini, kami melakukan beberapa metode dalam penelitian. Penyusunan makalah ini dimulai dengan mengkaji tema yang dipaparkan secara lebih dalam, merumuskan masalah terkini yang akan dibahas dalam penulisan makalah ini, dan melakukan kajian pustaka terhadap beberapa sumber bacaan baik dari buku maupun internet. Selain itu, kami juga menyebarkan kuisioner kepada kalangan menengah dan menengah ke bawah dan wawancara kepada masyarakat guna memperkuat pembahasan makalah yang kami susun. Setelah melakukan penelitian, kami menggunakan beberapa metode untuk menganalisis yaitu metode pengolahan dan editing terhadap sumber-sumber data yang kami kumpulkan. Pada tahap akhir, setelah melalui tahap konsultasi, kami melakukan penataan ulang sesuai dengan urutan rumusan permasalahan sebagai tahap finishing dalam penyusunan makalah ini.

I. 3. Ringkasan Isi

Kemiskinan memiliki pengertian yang sangat luas atau universal sehingga kemiskinan bisa dilihat dari berbagai disiplin ilmu baik dilihat dari aspek sosial, politik, budaya, ekonomi, psikologi dan pendidikan.

Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam tatapi Indonesia tidak dikatakan sebagai negara yang makmur, malah sebagai negara yang miskin. kemiskinan bisa disebabkan kedalam beberapa aspek yaitu individual, keluarga, sub-budaya, agensi, structural, dan kemalasan dari individu itu sendiri.

Masalah kemiskinan yang kian banyak dan tidak pernah terselesaikan, memberikan dampak yang cukup berpengaruh pada kehidupan bernegara. Dalam makalah ini, kami akan membahas mengenai aspek kesehatan dan lebih dalam masalah tentang gizi buruk yang terjadi di Indonesia maupun di dunia yang lebih banyak menyerang anak-anak.

Anak balita yang sehat atau kurang gizi secara sederhana dapat diketahui dengan membandingkan antara berat badan menurut umur atau berat badan menurut tinggi, apabila sesuai dengan standar anak disebut Gizi Baik. Kalau sedikit di bawah standar disebut Gizi Kurang, sedangkan jika jauh di bawah standar disebut Gizi Buruk.

Terdapat empat provinsi yaitu Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Timur dan Gorontalo yang selalu hadir berturut-turut dari 2005-2009. Kondisi ini sebaiknya menjadi bahan pertimbangan untuk menempatkan keempat provinsi tersebut sebagai prioritas utama upaya penanggulangan gizi buruk.

Gizi buruk tidak hanya terjadi di Indonesia saja, melainkan di negara-negara lain pun gizi buruk merupakan masalah pelik yang dihadapi suatu negara. Bangsa yang berkembang menjadi bangsa yang maju, adalah bangsa yang dapat mengantisipasi gizi pada generasi penerusnya. Dan adapun beberapa langkah penanganan yang sudah mau dan sudah dilaksanakan.

BAB II

PEMBAHASAN

II. 1. Pembahasan Teori

II. 1 a) Kemiskinan

· Pengertian Kemiskinan

Kemiskinan memiliki pengertian yang sangat luas atau universal sehingga kemiskinan bisa dilihat dari berbagai disiplin ilmu baik dilihat dari aspek sosial, politik, budaya, ekonomi, psikologi dan pendidikan. Sebagai suatu masalah global maka kemiskinan sering dikaitkan dengan kebutuhan, kesulitan dan kekurangan di berbagai keadaan hidup. Dengan kata lain juga kemiskinan merupakan suatu keadaan dimana rendahnya nilai tatanan kehidupan di suatu daerah, baik di perkotaan maupun di pedesaaan, baik yang menyangkut masalah moral, materil maupun spiritual.

Beberapa pengertian kemiskin menurut beberapa tokoh:

1. Sutyastie dan Prijono, kemiskinan dapat dibedakan menjadi tiga pengertian:

o Kemiskinan Absolute

Seseorang termasuk golongan miskin absolut apabila hasil pendapatannya berada di bawah pendapatan yang menjamin kebutuhan dasar, tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup secara mendasarseperti : pangan, sandang, kesehatan, papan, pendidikan.

o Kemiskinan Relatif

Seseorang yang tergolong miskin relatif sebenarnya telah hidup di atas garis kemiskinan namun masih berada di bawah kemampuan masyarakat sekitarnya.

o Kemiskinan Kultural.

Sedang miskin kultural berkaitan erat dengan sikap seseorang atau sekelompok masyarakat yang tidak mau berusaha memperbaiki tingkat kehidupannya sekalipun ada usaha dari pihak lain yang membantunya.

2. M Jauhari Wira Karta Kusuma

Kemiskinan adalah tentang adanya pertambahan kesejahteraan penduduk di kota yang terus meningkat, sementara penduduk yang berada di pedesaan relatif stabil ataupun menurun serta belum terlihat kecenderungan untuk membaik.

3. Benyamin White

Yang dimaksud dengan kemiskinan adalah tingkat kesejahteraan masyarakat terdapat perbedaan kiteria dari satu wilayah dengan wilayah lainya”

4. Prof. Mubiyarto

Kemiskinan adalah rendahnya taraf kehidupan suatu masyarakat baik yang berada di pedesaan maupun yang berada di daerah perkotaan”

Dari pernyataan-pernyataan yang dikemukakan oleh para pakar sudah terlihat sekali bagaimana kemiskinan itu dilihat dari berbagai sisi terutama dari kesejahteraan yang dihubungkan dengan tingkat ekonomi kehidupan suatu masyarakat. Gambaran lain mengenai kemiskinan dapat dipahami dalam berbagai pandangan yaitu :

Ø Gambaran kekurangan materi, yang biasanya mencakup kebutuhan pangan sehari-hari, sandang, perumahan, dan pelayanan kesehatan. Kemiskinan dalam arti ini dipahami sebagai situasi kelangkaan barang-barang dan pelayanan dasar.

Ø Gambaran tentang kebutuhan sosial, termasuk keterkucilan sosial, ketergantungan, dan ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam masyarakat. Hal ini termasuk pendidikan dan informasi. Keterkucilan sosial biasanya dibedakan dari kemiskinan, karena hal ini mencakup masalah-masalah politik dan moral dan tidak dibatasi pada bidang ekonomi.

Ø Gambaran tentang kurangnya penghasilan dan kekayaan yang memadai. Makna "memadai" di sini sangat berbeda-beda melintasi bagian-bagian politik dan ekonomi di seluruh dunia.

Gambaran-gambaran yang disebutkan diatas merupakan sebuah masalah yang merupakan masalah universal dari kemiskinan. Namun kenyataan dilapangan, penanggulangan kemiskinan hanya mencakup pada komunitas tertentu belum menyentuh pada aspek masyarakat miskin secara keseluruhan. Sedangkan kemiskinan merupakan masalah plural yang tidak hanya mencakup masalah ekonomi saja tetapi merupakan masalah yang harus ditangani dengan melihat dari berbagai disiplin ilmu sehingga ditemukan pemecahan dari masing-masing disiplin ilmu. Menurut Max-Neef, dikarenakan pemerataan penanggulangan kemiskinan tidak merata sehingga komunitas mendapat tanggung jawab karena pemecahan masalah komunitas tidak dapat diselesaikan.

Adapun macam-macam tanggung jawab kemiskinannya yaitu

Pertama Kemiskinan sub-sistensi, penghasilan rendah, jam kerja panjang, perumahan buruk, fasilitas air bersih mahal.

Kedua Kemiskinan perlindungan, lingkungan buruk (sanitasi, sarana pembuangan sampah, polusi), kondisi kerja buruk, tidak ada jaminan atas hak pemilikan tanah.

Ketiga Kemiskinan pemahaman, kualitas pendidikan formal buruk, terbatasnya akses atas informasi yang menyebabkan terbatasnya kesadaran atas hak, kemampuan dan potensi untuk mengupayakan perubahan.

Keempat Kemiskinan partisipasi , tidak ada akses dan kontrol atas proses pengambilan keputusan yang menyangkut nasib diri dan komunitas.

Kelima Kemiskinan identitas, terbatasnya perbauran antar kelompok sosial, terfragmentasi.

Keenam Kemiskinan kebebasan, stres, rasa tidak berdaya, tidak aman baik di tingkat pribadi maupun komunitas. Jika keenam masalah tersebut bisa diatasi dengan baik maka penanggulangan pemerintah dalam memerangi kemiskinan akan berjalan dengan baik dan merata baik di desa ataupun kota apalagi di zaman sekarang dimana pusat masyarakat miskin berada di kota besar bukan lagi di kampung-kampuncg atau masyarakat pedesaan.

· Latar Belakang Timbulnya Kemiskinan

Kemiskinan merupakan suatu masalah yang terjadi di zaman sekarang saja tetapi terjadi dari zaman dahulu sampai sekarang kemiskinan seolah-olah telah menjadi masalah lintas zaman. Sebagai akibat dari kemiskinan ini yaitu terjadinya pertentangan antara kapitalisme dan sosialisme dimana kapitalisme mengedepankan modal yang sebesar besarnya dan keuntungan yang sebesar-besarnya tanpa melihat status atau kondisi perekonomian sedangkan sosialisme cenderung bergerak pada aspek social yang mengedepankan kesejahteraan rakyat. Dari pernyataan diatas sudah terlihat sekali kenyataan tersebut menjadi latar belakang mengapa kemiskinan menjadi masalah yang mendapatkan perhatian besar di setiap Negara di dunia.Ada dua kondisi yang menyebabkan kemiskinan bisa terjadi, yakni kemiskinan alamiah dan karena buatan. Kemiskinan alamiah terjadi antara lain akibat sumber daya alam yang terbatas, penggunaan teknologi yang rendah dan bencana alam. Kemiskinan "buatan" terjadi karena lembaga-lembaga yang ada di masyarakat membuat sebagian anggota masyarakat tidak mampu menguasai sarana ekonomi dan berbagai fasilitas lain yang tersedia, hingga mereka tetap miskin. Indonesia merpakan negara yang kaya akan sumber daya alam tatapi Indonesia tidak dikatakan sebagai negara yang makmur, malah sebagai negara yang miskin. Salah satu yang menjadi sebab kenyataan tersebut karena kurangnya pengetahuan mengenai bagaimana cara mengembangkan sumber daya alam yang tersedia dengan sebaik-baiknya. Jika dihubungkan dengan aspek secara umum maka kemiskinan bisa disebabkan kedalam beberapa aspek yaitu:

a. Individual, atau patologis, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari perilaku, pilihan, atau kemampuan dari si miskin.

b. Keluarga, yang menghubungkan kemiskinan dengan pendidikan keluarga.

c. Sub-budaya, yang menghubungkan kemiskinan dengan kehidupan sehari-hari, dipelajari atau dijalankan dalam lingkungan sekitar.

d. Agensi, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari aksi orang lain, termasuk perang, pemerintah, dan ekonomi.

e. Sruktural, yang memberikan alasan bahwa kemiskinan merupakan hasil dari struktur sosial.

f. Kemalasan dari individu dimana tidak adanya keinginan atau usaha untuk maju kepada kehidupan yang lebih baik.

Berbagai persoalan kemiskinan memang pada dasarnya terletak pada individu yang merupakan bagian dari masyarakat apakah itu miskin atau tidak. Selain dari aspek diatas, kemiskinan juga bisa dilihat dari berbagai disiplin ilmu seperti dari aspek Sosial bahwa kemiskinan diakibatkan karena terbatasnya interaksi sosial dan penguasaan informasi dimana terjadi sebuah ketidak tahuan mengenai teknologi informasi yang diakibatkan kurangnya atau sempitnya interaksi antara masyarakat. Aspek Ekonomi, kemiskinan dilatar belakangi oleh terbatasnya alat pemenuhan kebutuhan akibat dari terbatasnya pemilikan alat produksi sehingga upah yang didapatkan sangat rendah dan tidak adanya inisiatif untuk menabung sebagai simpanan yang bisa digunakan ketika butuh untuk keperluan yang sangat penting. Dengan indikator ekonomi maka kemiskinan bisa dilihat dengan beberapa pendekatan yaitu produksi, pendapatan, dan pengeluaran. Sementara ini yang dilakukan Biro Pusat Statistik (BPS) untuk menarik garis kemiskinan adalah pendekatan pengeluaran. Dari Aspek Psikologi terutama akibat rasa rendah diri, fatalisme, malas, dan rasa terisolir. Sedangkan, dari Aspek Politik berkaitan dengan kecilnya akses terhadap berbagai fasilitas dan kesempatan, diskriminatif, posisi lemah dalam proses pengambil keputusan.

Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2006 menyebutkan sebanyak 39,30 juta jiwa (17,75 persen) penduduk Indonesia dikatakan penduduk miskin. Pada tahun 2007 sebanyak 105,3 juta jiwa (BPS: 37,17 juta jiwa atau 16,58 persen), dan diperkirakan pada 2008 penduduk indonesia diperkirakan sekitar 49 persen merupakan masyarakat miskin sehingga Indonesia termasuksalah satu negara miskin di dunia terutama dilihat dari daya beli masyarakat Indonesia dinilai sangat kurang sekali dan juga permasalaha gizi buruk yang semakin meningkat. Tingginya angka kemiskinan dapat disimpulkan bahwa kemiskian merupakan persoalan kolektif dan struktural akibat dari konstruksi ekonomi, sosial dan politik yang berkembang di masyarakat. Sedangkan di dalam pemerintahan sendiri, dengan adanya subsidi terhadap kenaikan barang yang berimbas pada masyarakat menjadikan hilangnya subsidi untuk yang lainya yang disebabkan karena keterbatasan dana yang tersedia akibat kepentingan-kepentingan individu yang tidak mengedepankan aspek kesejahteraan dan keselamatan rakyat.

· Dampak Kemiskinan

Dampak kemiskinan dilihat dari aspek sosial diantaranya meningkatnya kriminalitas dikalangan masyarakat serta berkurangnya rasa solidaritas antar masyarakat satu dengan yang lain.

Dampak kemiskinan dilihat dari aspek psikologi meliputi meningkatnya masyarakat yang mengalami gangguan kejiwaan atau stress karena tidak dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya.

Adapun dampak kemiskinan dari aspek ekonomi adalah meningkatnya jumlah pengangguran karena jumlah lapangan pekerjaan lebih sedikit dibanding masyarakat yang mencari pekerjaan.

Dan yang terakhir dampak dari aspek kesehatan diantaranya gizi buruk, TBC, polio, dsb.

Dalam makalah ini, kami akan mendalami masalah tentang gizi buruk yang terjadi di Indonesia maupun di dunia yang lebih banyak menyerang balita. Usia balita yang rentan terjangkit gizi buruk adalah 6-17 bulan dan 6-23 bulan.

II. 1. b) Gizi Buruk

· Pengertian Gizi Buruk

Secara umum, definisi gizi buruk merupakan awal dari gangguan sistem kekebalan. UNICEF mendefinisikan "istilah" kekurangan gizi sebagai hasil dari asupan makanan tidak cukup (kelaparan) dan diulang.

Definisi gangguan gizi (gizi buruk) sering dihubungkan dengan infeksi. Infeksi bisa berhubungan dengan gizi buruk melalui beberapa cara: yaitu mempengaruhi nafsu makan, dapat juga menyebabkan kehilangan bahan makanan karena diare atau muntah-muntah atau mempengaruhi metabolisme makanan dan banyak cara lain lagi.

Gizi buruk dapat bermula dari kemiskinan dan lingkungan yang tidak sehat dengan sanitasi buruk. Selain itu juga diketahui bahwa infeksi menghambat reaksi imunologis yang normal dengan menghabiskan sumber-sumber energi ditubuh. Gizi buruk atau kurang, dapat menghambat reaksi imunologis tersebut. Penyakit gizi buruk yang berkaitan dengan infeksi pada anak-anak dengan kwashiorkor atau marasmus sering didapatkan dalam tahap yang berbeda-beda dan jarang didapatkan pada taraf yang sangat berat.

Gizi buruk dan infeksi saling bekerjasama, dan bila bersama-sama akan memberikan prognosis yang lebih buruk disbanding bila kedua faktor tadi masing-masing bekerja sendiri-sendiri. Infeksi memperburuk tahap gizi dan sebaliknya, gizi buruk memperburuk kemampuan anak-anak untuk mengatasi penyakit infeksi.

Penyakit-penyakit gizi di Indonesia terutama yang tergolong kelompok penyakit defisiensi seperti gizi buruk (Malnutrition) dianggap telah mencapai tingkat bahaya nasional. Indonesia harus mengalokasikan sedikitnya Rp 4,6 triliun pertahun untuk mengimbangi dampak dari kekurangan gizi dengan menyediakan program makanan pengobatan dan tambahan terfokus pada balita dari keluarga miskin.

Dalam suatu kelompok masyarakat tertentu penderita gizi buruk merupakan masalah yang amat pelik dan tidak mudah penanganannya. Kekurangan gizi merupakan penyakit tidak menular yang terjadi pada sekelompok masyarakat di suatu tempat. Umumnya penyakit gizi buruk merupakan masalah kesehatan masyarakat yang menyangkut multidisiplin dan selalu harus dikontrol terutama masyarakat yang tinggal di Negara-negara baru berkembang. Selanjutnya karena menyangkut masyarakat banyak, kekurangan gizi yang terjadi pada sekelompok masyarakat tertentu menjadi masalah utama di dunia. Masalah penyebab gizi buruk (Malnutrisi) dalam kelompok masyarakat saat ini merupakan masalah kesehatan diseluruh dunia.

Berikut adalah jumlah nutrisi yang dibutuhkan tubuh setiap harinya.

Kalsium
Rekomendasi : 1.000 milligram per hari
Fungsi : kesehatan tulang
Sumber : produk susu, ikan dengan tulang dan sayur-sayuran hijau

Serat
Rekomendasi : 25 gram per hari
Fungsi : memperlancar sistem pencernaan, mengurangi risiko terkena diabetes dan penyakit jantung
Sumber : sayur, buah, kacang-kacangan,gandum

Magnesium
Rekomendasi : 310 - 320 milligram per hari
Fungsi : menjaga fungsi otot dan saraf agar selalu dalam keadaan normal, serta meningkatkan dan menjaga kesehatan tulang
Sumber : ikan, kacang-kacangan,gandum

Potasium
Rekomendasi : 4.700 milligram per hari
Fungsi : menjaga tekanan darah agar tetap stabil, mengurangi efek buruk dari garam yang dikonsumsi, mengurangi risiko penyakit ginjal dan keropos tulang
Sumber : kentang, tomat, yogurt, kedelai, pisang

Vitamin A
Rekomendasi : 2.310 IU (international units) per hari
Fungsi : meningkatkan fungsi penglihatan, produksi sel darah merah, perkembangan embrio dan meningkatkan fungsi kekebalan
Sumber : sayuran hijau, wortel, pepaya dan daging

Vitamin C
Rekomendasi : 75 milligram per hari
Fungsi : meningkatkan zat antioksidan pada tubuh dan meningkatkan kekebalan
Sumber : jeruk, buah delima, tomat, kiwi dan jambu biji

Vitamin E
Rekomendasi : 15 milligram per hari
Fungsi : kesehatan mata dan kulit
Sumber : gandum, daging, ikan dan kacang-kacangan

Bank Dunia dalam dokumennya yang diterbitkan pada tahun 2006 dengan judul: “Repositioning Nutrition as Central to Development: A Strategy for Large-Scale Action,” menyatakan keprihatinannya bahwa “Salah Gizi” (Malnutrition), utamanya kekurangan gizi atau gizi buruk, masih merupakan masalah kesehatan dunia yang paling serius dan merupakan contributor utama terhadap kematian, khususnya anak-anak. Masyarakat juga semakin khawatir bahwa tujuan Millenium Development Goals tidak akan tercapai bila masalah gizi merupakan faktor dasar dari berbagai masalah kesehatan, terutama pada bayi dan anak-anak. Dengan demikian, jelas bahwa gizi harus diposisikan kembali sebagai pusat dari pembangunan suatu bangsa. Banyak kegiatan tidak atau kurang berhasil apabila gizi buruk menjadi suatu masalah.

·

·

·

·

·

· Masalah Kekurangan Gizi

Keadaan penyakit kekurangan gizi terbagi menjadi dua kelas berikut:

1. Penyakit kurang gizi primer

Contoh: pada kekurangan zat gizi esensial spesifik, seperti kekurangan vitamin C, maka penderita mengalami gejala scurvy, beri-beri karena kekurangan B1.

2. Penyakit kurang gizi sekunder

Contoh: penyakit yang disebabkan oleh adanya gangguan adsorpsi zat gizi atau gangguan metabolism zat gizi.

· Penyebab Terjadinya Gizi Buruk

Banyak faktor yang mempengaruhi timbulnya gizi buruk dan faktor tersebut saling berkaitan.

Penyebab terjadinya gizi buruk secara langsung antara lain:

1. Penyapihan yang terlalu dini

2. Kurangnya sumber energi dan protein dalam makanan TBC

3. Anak yang asupan gizinya terganggu karena penyakit bawaan seperti jantung atau metabolisme lainnya.

4. Anak kurang mendapat asupan gizi seimbang dalam waktu cukup lama

5. Anak menderita penyakit infeksi

Anak yang sakit, asupan zat gizi tidak dapat dimanfaatkan oleh tubuh secara optimal karena adanya gangguan penyerapan akibat infeksi.

Penyebab tidak langsung:

1. Daya beli keluarga rendah/ ekonomi lemah

2. Lingkungan rumah yang kurang baik

3. Pengetahuan gizi kurang

4. Perilaku kesehatan dan gizi keluarga kurang

5. Akses pelayanan kesehatan terbatas

Akar masalah tersebut berkaitan erat dengan rendahnya tingkat pendidikan, tingkat pendapatan dan kemiskinan keluarga.

· Tipe Gizi Buruk

Berdasarkan wawancara dengan salah seorang dokter spesialis di Rumah Sakit Pasar Rebo, dr. Subagyo, Sp.P., gizi buruk merupakan status kondisi seseorang yang kekurangan nutrisi, atau nutrisinya di bawah standar rata-rata.

Status gizi buruk dibagi menjadi tiga bagian dan kekurangan. Ada tiga tipe gizi buruk, antara lain:

1. Marasmus

Terjadi karena kekurangan karbohidrat atau kalori. Ciri dari kelompok ini adalah anak sangat kurus, wajah seperti orang tua, cengeng dan rewel, rambut tipis, jarang, kusam, berubah warna, kulit keriput karena lemak di bawah kulit berkurang, iga gambang, bokong baggy pant, perut cekung, wajah bulat sembab.

2. Kwarsiorkor:

Terjadi gizi buruk karena kekurangan protein. Ciri dari anak yang kelompok kwarsiorkor adalah rewel, apatis, rambut tipis, warna jagung, mudah dicabut tanpa rasa sakit, kedua punggung kaki bengkak, bercak merah kehitaman, di tungkai atau bokong.

3. Gabungan dari marasmus dan kwarsiorkor

Kedua-Gizi buruk ini biasanya terjadi pada anak balita (bawah lima tahun) dan ditampakkan oleh membusungnya perut (busung lapar).


· Gizi Buruk di Indonesia

Di Indonesia, tiga dari sepuluh anak pra-sekolah mengalami gizi buruk (Darwin Karyadi, 1990). Gizi buruk yang diderita anak pra-sekolah umumnya berupa marasmus dan kwashiorkor. Marasmus terjadi pada usia dini sebagai akibat kurang asupan energi dan protein diiringi infeksi serius berupa diare karena kurang disapih terlalu dini, atau lain-lain infeksi yang menyebabkan persediaan zat gizi terkuras deras. Ancaman gangguan perkembangan otak akibat gizi buruk sering terjadi pada anak-anak.

Kini, kasus gizi buruk ternyata masih ada. Bahkan di Yogyakarta dan Bali, yang mempunyai angka prevalensi masalah gizi balita terendah (Riskesdas 2007). Prevalensi status gizi balita < -2 SD berdasarkan indeks Berat Badan menurut Umur (BB/U) di Provinsi Bali sebesar 11.4%, sedangkan DIY sebesar 10.0%. Bandingkan dengan angka Nasional sebesar 18.4%, dan angka tertinggi di Provinsi NTT sebesar 33.6%. Tahun 2009, di Bali ditemukan 49 kasus dan di Yogyakarta 27 kasus.

Menurut hasil pemantauan Direktorat Bina Gizi Masyarakat, Kementerian Kesehatan, selama tahun 2005 sampai dengan 2009, jumlah temuan kasus balita gizi buruk amat berfluktuasi. Tahun 2005-2007 jumlah kasus cenderung menurun dari 76178, 50106, dan 39080. Akan tetapi tahun 2007 dan 2008 cenderung meningkat yaitu 41290 dan 56941.

Yang menarik, terdapat empat provinsi yaitu Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Timur dan Gorontalo yang selalu hadir berturut-turut dari 2005-2009. Provinsi NTT pada tahun 2005, 2007 dan 2008, menduduki posisi teratas sedangkan tahun 2006 dan 2009 masing-masing ditempati Jawa Tengah dan Jawa Timur. Menurut sebuah laporan di Jakarta Post, Juni 2008, 21 anak di bawah usia lima tahun meninggal akibat gizi buruk di Provinsi Nusa Tenggara Timur dalam enam bulan pertama tahun 2008.

Keempat provinsi tersebut selama 5 tahun berturut-turut (2005-2009) masuk ke dalam kategori 10 provinsi dengan kasus tertinggi. Kondisi ini sebaiknya menjadi bahan pertimbangan untuk menempatkan keempat provinsi tersebut sebagai prioritas utama upaya penanggulangan gizi buruk. Berikut gambaran perkembangan jumlah kasus di empat provinsi.

· Gizi Buruk di Dunia

Gizi buruk tidak hanya terjadi di Indonesia saja, melainkan di negara-negara lain pun gizi buruk merupakan masalah pelik yang dihadapi suatu negara. Dalam makalah ini kami sedikit membahas tentang gizi buruk yang terjadi di dunia untuk sekedar informasi para pembaca.

Perkiraan terbaru dari Pangan dan Pertanian PBB menunjukkan bahwa jumlah orang yang kurang gizi di seluruh dunia telah meningkat sebesar 75 juta, untuk 923 juta, membalikkan kemajuan Millennium Development Goal (MDG) dari mengurangi separuh kelaparan dunia pada tahun 2015.

Global Hunger Index (GHI) tahun 2010 menunjukkan bahwa gizi buruk anak adalah penyebab terbesar kelaparan di seluruh dunia, yaitu menyumbang hampir setengah dari semua kasus kelaparan yang ada.

GHI membuat lima kategori untuk negara yang masih mengalami masalah kelaparan dan gizi buruk. Mulai dari yang terjelek yakni 'sangat mengkhawatirkan', 'mengkhawatirkan', 'serius', 'moderat' dan 'rendah'.
Negara-negara di Sub-Sahara Afrika dan Asia Selatan tercatat memiliki tingkat kelaparan tertinggi, namun Asia Selatan telah membuat banyak kemajuan lebih sejak tahun 1990.

Dari data GHI 2010 terdapat 29 negara masih memiliki tingkat kelaparan yang 'sangat mengkhawatirkan' dan 'mengkhawatirkan', antara lain Burundi, Chad, Republik Demokratik Kongo dan Eritrea (di Sub-Sahara Afrika).

Dari data GHI tahun 2010 tersebut, Indonesia sendiri berada pada level 'serius', yaitu satu tingkat di bawah level 'mengkhawatirkan'.

· Dampak Gizi Buruk

Sebelum kami memaparkan dampak dari gizi buruk pada balita, kami akan menjelaskan bagaimana ciri dari balita yang bergizi baik.

1. Tumbuh kembang dengan baik, yang dilihat dari naiknya berat badan dan tinggi badan secara teratur dan proporsioanal.

2. Tingkat perkembangannya sesuai dengan umurnya

3. Tampak aktif

4. Mata bersih dan bersinar

5. Nafsu makan baik

6. Bibir dan lidah tampak segar

7. Pernapasan tidak berbau

8. Kulit dan rambut tampak bersih

9. Mudah menyesuaikan dengan lingkungan.

Jika semua anak-anak di Negara berkembang mempunyai ciri-ciri diatas, maka tidak lama lagi Negara berkembang itu akan berubah menjadi Negara maju, karena pembangunan Negara ditentukan oleh generasi penerusnya. Tetapi bagaimanakah bila suatu Negara masih belum bisa 100% memenuhi kebutuhan nutrisi rakyatnya? Dampaknya akan seperti ini:

1. Pertumbuhan badan dan perkembangan mental anak sampai dewasa

terhambat.

2. Mudah terkena penyakit ispa, diare, dan yang lebih sering terjadi.

3. Bisa menyebabkan kematian bila tidak dirawat secara intensif.

4. Mempengaruhi perkembangan kognitif dan daya piker yang lambat.

5. Gizi buruk dapat berpengaruh kepada pertumbuhan dan perkembangan anak, juga kecerdasan anak. Pada tingkat yang lebih parah, jika dikombinasikan dengan perawatan yang buruk, sanitasi yang buruk, dan munculnya penyakit lain, gizi buruk dapat menyebabkan kematian.

· Penanggulangan Gizi Buruk

Strategi yang dilakukan oleh pemerintah:

1. Revitalisasi posyandu untuk mendukung pemantauan pertumbuhan

2. Melibatkan peran aktif tokoh masyarakat, tokoh agama, pemuka adat dan kelompok potensial lainnya.

3. Meningkatkan cakupan dan kualitas melalui peningkatan keterampilan tatalaksana gizi buruk

4. Menyediakan sarana pendukung (sarana dan prasarana)

5. Menyediakan dan melakukan KIE

6. Meningkatkan kewaspadaan dini KLB gizi buruk

Kegiatan yang sudah direalisasikan oleh pemerintah:

1. Deteksi dini gizi buruk melalui bulan penimbangan balita di posyandu

¤ Melengkapi kebutuhan sarana di posyandu (dacin, KMS/Buku KIA, RR)

¤ Orientasi kader

¤ Menyediakan biaya operasional

¤ Menyediakan materi komunikasi, informsdi, dan edukasi (KIE)

¤ Menyediakan suplementasi kapsul Vit. A

2. Tatalaksana kasus gizi buruk

¤ Menyediakan biaya rujukan khusus untuk gizi buruk gakin baik di puskesmas/RS (biaya perawatan dibebankan pada PKPS BBM)

¤ Kunjungan rumah tindak lanjut setelah perawatan di puskesmas/RS

¤ Menyediakan paket PMT (modisko, MP-ASI) bagi pasien paska perawatan

¤ Meningkatkan ketrampilan petugas puskesmas/RS dalam tatalaksana gizi buruk

3. Pencegahan gizi buruk

¤ Pemberian makanan tambahan pemulihan (MP-ASI) kepada balita gakin yang berat badannya tidak naik atau gizi kurang

¤ Penyelenggaraan PMT penyuluhan setiap bulan di posyandu

¤ Konseling kepada ibu-ibu yang anaknya mempunyai gangguan pertumbuhan

4. Mensurvei gizi buruk

¤ Pelaksanaan pemantauan wilayah setempat gizi (PWS-Gizi)

¤ Pelaksanaan sistem kewaspadaan dini kejadian luar biasa gizi buruk

¤ Pemantauan status gizi (PSG)

5. Advokasi, sosialisasi dan kampanye penanggulangan gizi buruk

¤ Advokasi kepada pengambil keputusan (DPR, DPRD, pemda, LSM, dunia usaha dan masyarakat)

¤ Kampanye penanggulangan gizi buruk melalui media efektif

6. Manajemen program:

¤ Pelatihan petugas

¤ Bimbingan teknis

Melalui Instruksi Presiden No. 8 tahun 1999 telah dicanangkan Gerakan Nasional Penanggulangan Masalah Pangan dan Gizi, yang diarahkan pada:

1) Pemberdayaan keluarga untuk meningkatkan ketahanan pangan tingkat rumah tangga

2) Pemberdayaan masyarakat untuk meningkatkan cakupan, kualitas pencegahan dan penanggalanagan masalah pangan dan gizi masyarakat

3) Pemantapan kerjasama lintas sector dalam pemantauan dan penanggulangan masalah gizi melalui Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG); dan

4) Peningkatan cakupan dan mutu pelayanan kesehatan. (Azwar, A. 2000)

III. 2. Analisis Temuan Informasi Data

Dari hasil pembagian kuisioner yang kami sebarkan dikalangan masyarakat menengah dan menengah ke bawah, diperoleh data sebagai berikut:

è 30% masyarakat tidak tahu dan tidak mengerti apa itu gizi buruk.

è 50% responden memilih kemiskinan sebagai penyebab dari gizi buruk,

è 15% berpendapat bahwa kurangnya perhatian masyarakat terhadap makanan sehat

è 5% mengatakan bahwa penyakitlah penyebab dari gizi buruk dan

Dari hasil survey yang telah kami lakukan, hal inilah yang mungkin sangat berpengaruh bagi kasus gizi buruk yang terjadi di Indonesia khususnya masyarakat menengah dan menengah kebawah :

1. Tidak tahu

Ini yang menyebabkan tidak adanya upaya pencegahan terhadap gizi buruk, karena kurangnya pengetahuan akan gizi buruk, termasuk dalam sumber memilih dan mengelola pangan. Dari susut menu makanan keluarga yang biasanya dikonsumsi oleh keluarga di wilayah 5 provinsi yang diteliti oleh Djoko dkk (1986), di Jateng, Yogyakarta, NTT, SulTeng dan Maluku, ditinjau dari sudut kuantitas konsumsi bahan makanan sumber protein, maka ternyata kurang dari setengah penduduk yang diteliti mengalami kekurangan sedangkan konsumsi sayuran dan buah-buahan doperoleh data bahwa secara umum belum merata dan mencapai tingkat konsumsi yang baik.

2. Kemiskinan

Masih tingginya angka kemiskinan menyebabkan kurangnya pendidikan serta lapangan kerja agar tercukupnya kebutuhan seperti sandang, pangan dan papan.


BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Kemiskinan yang masih terjadi di Indonesia berdampak negative pada beberapa aspek, yang meliputi aspek sosial, ekonomi, psikologi dan kesehatan. Pada kenyataan di lapangan, penanggulangan kemiskinan belum mencakup pada seluruh komunitas. Masalah kemiskinan merupakan masalah yang plural yang mencakup beberapa disiplin ilmu, dengan kata lain sangat kompleks. Kemiskinan yang tidak kunjung terselesaikan mengakibatkan dampak yang nyata dan sangat merugikan bagi masyarakat, sebagai contoh gizi buruk pada aspek kesehatan.

Gizi buruk merupakan salah satu dampak kemiskinan yang paling nyata dan banyak terjadi di masyarakat sekarang ini terutama pada masyarakat menengah ke bawah. Di Indonesia, tiga dari sepuluh anak pra-sekolah mengalami gizi buruk. Gizi buruk dapat bermula dari kemiskinan dan lingkungan yang tidak sehat dengan sanitasi buruk. Dalam suatu kelompok masyarakat tertentu penderita gizi buruk merupakan masalah yang amat pelik dan tidak mudah penanganannya. Dalam menangani gizi buruk, sejauh ini pemerintah telah melakukan beberapa strategi dan kegiatan untuk mengurangi kasus gizi buruk yang terjadi di masyarakat. Namun antisipasi dari pemerintah mengenai gizi buruk belum optimal, bahkan sampai tahun 2009, empat provinsi masih dengan angka gizi buruk tertinggi di Indonesia, yaitu Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Timur dan Gorontalo.

3. 2. Saran

Untuk mengantisipasi masalah gizi buruk, pemerintah harus menyiapkan sosialisasi lebih lanjut kepada seluruh komunitas masyarakat sehingga setidaknya pengetahuan mengenai masalah gizi buruk sudah sampai pada masyarakat menengah ke bawah. Peninjauan berkala oleh Badan Pusat Statistik supaya pemerintah mengetahui seberapa jauh keberhasilan strategi dalam mengantisipasi gizi buruk di Indonesia. Permasalahan gizi buruk yang belum dianggap serius oleh pemerintah menjadi salah satu factor yang membuat masalah gizi buruk tersebut belum teratasi, setidaknya dijadikan masalah yang penting dalam pembangunan Negara yang kini masih sebagai Negara berkembang. Karena gizi buruk lebih menyerang generasi muda yang akan mempengaruhi perkembangan kemajuan Negara dan membentuk Negara Indonesia ke depannya.


DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, Sunita. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gremedia Pustaka Utama.

Andist. 2008. Pengertian Kemiskinan. http://andist.wordpress.com/2008/03/21. diakses tanggal

29 November 2010.

Boediwardhana, Wahyoe. 2004. Malnutrition rate soars since economic crisis.

http://www.gizi.net/cgi-bin/berita/fullnews.cgi?newsid1083126958,9674. diakses 2 Desember 2010

Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. 2007. Gizi dan Kesehatan

Masyarakat. Jakarta: Rajawali Pers.

Herawati, Lusi. 2009. Penanggulangan Masalah Gizi Buruk.

http://lusicaem.blogspot.com/2009/12/penanggulangan-masalah-gizi-buruk.html.

diakses tanggal 30 November 2010.

Muchtadi, Deddy. 2009. Pengantar Ilmu Gizi. Bandung: Alfabeta.

Rianti, A.L. dan Soegeng Santoso. 2004. Kesehatan dan Gizi. Jakarta: Rineka Cipta.

Setiawan, Dadang. 2010. Kemiskinan: Latar Belakang, Dampak dan Pemecahan.

http://d4z3lumut999.blogspot.com/2010/10/kemiskinan-latar-belakang-dampak-dan.html.

diakses tanggal 29 November 2010.

Widayati, E. 2010. Gizi Buruk di Indonesia Masuk Kategori Serius. http://www.go4healthylife.com/articles/2639/1. diakses tanggal 2 Desember 2010.

_______. 2010. Definisi Kemiskinan. http://definisi-pengertian.blogspot.com/2010/04/definisi-kemiskinan.html. diakses tanggal 29 November 2010.


kelompok 8 fisioterapi 2010

    Demi Masa

    Follow me

    Silahkan Komentar di sini