Carpal Tunnel Syndrom

CTS (Carpal Tunnel Syndrome) adalah sindrom (kumpulan gejala-gejala) yang terjadi akibat adanya tekanan terhadap saraf medianus (saraf tengah) didalam terowongan karpal. Terowongan carpal merupakan suatu kanal sempit pada daerah pergelangan tangan, lewat melalui terowongan ini ialah tendon (ujung otot) dan sebuah saraf besar yang bernama nervus medianus (saraf medianus).. Selain rasa raba, saraf ini pun memiliki komponen motorik, ia mengirim impuls-impuls ke otot-otot kecil ya ng menjadi penggerak jempol dan jari-jari tangan. pada pergelangan tangan yang dapat menjalar ke lengan atas. sehingga menyebabkan kesemutan, matirasa/kebas/baal dan kelemahan otot di tangan.

Meningkatnya tekanan dalam terowongan karpal menyebabkan saraf medianus terjepit sehingga aliran darah ke tangan menurun akibatnya otot pergelangan tangan akan kekurangan nutrisi dan O2. Apabila dibiarkan dalam jangka waktu yang lama otot yang kekurangan makanan tadi akan mengecil sehingga tenaga otot berkurang bahkan bisa menimbulkan cacat permanen. Oleh karena itu apabila muncul kesemutan tanpa sebab yang jelas , misalnya tertindih, sekaligus disertai gejala lain yang mirip dengan CTS , harus segera direspon. Makin cepat respon, makin baik karena pemulihannya akan semakin mudah dan cepat.

Sindrom Carpal-Tunnel disebabkan oleh peningkatan tekanan dalam terowongan karpal, peningkatan tekanan ini mengakibatkan iskemi pada saraf median, menghasilkan gangguan konduksi saraf disertai parestesia dan nyeri. Pada awalnya, tidak terdapat perubahan morfologi yang ditemukan di saraf median, fungsi neurologis reversibel dan gejala-gejala bersifat hilang-timbul. Pemanjangan episode dan peningkatan frekuensi penekanan dalam terowongan karpal akan menyebabkan demielinasi segmental dan lebih konstan dengan gejala-gejala yang lebih berat, kadang-kadang disertai dengan kelemahan. Saat terjadi pemanjangan proses iskemi, timbulah cedera axonal dan disfungsi saraf yang bersifat irreversibel.

CTS sendiri pertama kali diketahui oleh Sir James Paget di tahun 1984 dimana dia menemukan gejala klinik yang timbul pada kasus stadium lanjut fraktur radius bagian distal

Gejala-gejalanya:

  • Gejala yang umum terjadi pada CTS adalah kesemutan dan mati rasa pada jari tangan (kecuali jari kelingking, karena jari tersebut dikendalikan oleh saraf yang berbeda).
  • sering pegal
  • rasa terbakar di pergelangan tangan,
  • Adanya sensasi kesemutan, mati rasa atau nyeri pada tangan di malam hari (baik lengan bawah maupun pergelangan tangan itu sendiri).
  • Pada kasus yang lebih parah, kehilangan kekuatan mencubit dan mengepal serta menggenggam.
  • Dimulai dengan rasa terbakar, geli, gatal, atau kesemutan yang bersarang pada telapak tangan. Distribusi geografisnya terutama pada daerah ibu jari, telunjuk, dan jari tengah. Sementara kelingking hampir selalu terbebas dari serangan ini. Sebagian penderita merasa tangan tak lagi bisa digerakkan. Jari-jari seperti tak bisa berfungsi dan terasa bengkak-bengkak. Uniknya, pada pemeriksaan fisik, hampir tak pernah ditemukan pembengkakan yang nyata.

· Jika prosesnya terus dibiarkan, otot-otot pada dasar ibu jari dapat menyusut. Sebagian penderitanya tak lagi dapat membedakan rasa panas dan dingin.

Sindrom ini muncul bila terjadi tekanan pada nervus medianus/ saraf median yang biasanya disebabkan oleh:

  • Perubahan hormonal khususnya pada wanita seperti kehamilan, menopause, penggunaan alat kontrasepsi oral dll (oleh sebab itu CTS lebih sering terjadi pada perempuan).
  • Karena penekanan, seperti tertindih ketika tidur akibat posisi tubuh tertentu sehingga membuat saraf medianus terjepit.
  • Defisiensi vit B terutama vit B12.
  • Diabetes melitus (komplikasi dari neuropati diabetik).
  • Cedera (dislokasi dan fraktur).
  • Obesitas, arthritis rheumatoid, gout, hipotiroid.
  • Faktor genetic
  • Trauma langsung ke carpal tunnel yang menyebabkan penekanan, misalnya Colles fracture, dan edema akibat trauma tersebut.
  • Posisi pergelangan tangan, misalnya fleksi akut saat tidur, imobilisasi pada posisi fleksi dan deviasi ulnar yang cukup besar.
  • Trauma akibat gerakan fleksi-ekstensi berulang pergelangan tangan dengan kekuatan yang cukup seperti pada pekerjaan tertentu yang banyak memerlukan gerakan pergelangan tangan.
  • Tumor atau benjolan yang menekan carpal tunnel seperti ganglion, lipoma, xanthoma.
  • Edema akibat infeksi.
  • Edema inflamasi yang disertai artritis rematoid, tenosynovitis seperti penyakit de
    Quervain dan trigger finger.
  • Osteofit sendi carpal akibat proses degenerasi

Risiko
Dibandingkan pria, wanita lebih rentan menderita gangguan ini. Mungkin karena ukuran carpal tunnel wanita memang jauh lebih kecil. Tangan yang dominan, yang lebih banyak digunakan umumnya terserang lebih awal dan intensitas nyerinya pun lebih parah.

Diabetes (kencing manis) atau gangguan metabolik lain yang secara langsung mempengaruhi sistem saraf di dalam tubuh merupakan faktor risiko lain yang membuat penderitanya lebih rentan terhadap kompresi saraf.

Profesi yang berisiko besar terancam CTS antara lain jenis pekerjaan yang
banyak menggunakan tangan dalam jangka waktu panjang. Pekerjaan yang dimaksud
umumnya menggunakan kombinasi kekuatan dan pengulangan gerakan yang sama pada
jemari dan tangan, seperti; pekerjaan yang sering memakai komputer,
olahragawan, dokter gigi, musisi, guru, ibu rumah tangga dan pekerja lapangan
yang mengoperasikan alat bervibrasi seperti bor.

Diagnosis
Diagnosa STK ditegakkan selain berdasarkan gejala-gejala di atas juga didukung oleh beberapa pemeriksaan yaitu :

1. Pemeriksaan fisik

Harus dilakukan pemeriksaan menyeluruh pada penderita dengan perhatian khusus pada fungsi, motorik, sensorik dan otonom tangan. Beberapa pemeriksaan dan tes provokasi yang dapat membantu menegakkan diagnosa STK adalah 1,8 :

a. Flick's sign. Penderita diminta mengibas-ibaskan tangan atau menggerak-gerakkan jari-jarinya. Bila keluhan berkurang atau menghilang akan menyokong diagnosa STK. Harus diingat bahwa tanda ini juga dapat dijumpai pada penyakit Raynaud.

b. Thenar wasting. Pada inspeksi dan palpasi dapat ditemukan adanya atrofi otot-otot thenar.

c. Menilai kekuatan dan ketrampilan serta kekuatan otot secara manual maupun dengan alat dinamometer. Penderita diminta untuk melakukan abduksi maksimal palmar lalu ujung jari 1 dipertemukan dengan ujung jari lainnya. Di nilai juga kekuatan jepitan pada ujung jari-jari tersebut. Ketrampilan/ketepatan dinilai dengan meminta penderita melakukan gerakan yang rumit seperti menulis atau menyulam.

d. Wrist extension test. Penderita melakukan ekstensi tangan secara maksimal, sebaiknya dilakukan serentak pada kedua tangan sehingga dapat dibandingkan. Bila dalam 60 detik timbul gejala-gejala seperti STK, maka tes ini menyokong diagnosa STK.

e. Phalen's test. Penderita melakukan fleksi tangan secara maksimal. Bila dalam waktu 60 detik timbul gejala seperti STK, tes ini menyokong diagnosa. Beberapa penulis berpendapat bahwa tes ini sangat sensitif untuk menegakkan diagnosa STK.

f. Torniquet test. Dilakukan pemasangan tomiquet dengan menggunakan tensimeter di atas siku dengan tekanan sedikit di atas tekanan sistolik. Bila dalam 1 menit timbul gejala seperti STK, tes ini menyokong diagnosa.

g. Tinel's sign. Tes ini mendukung diagnosa hila timbul parestesia atau nyeri pada daerah distribusi nervus medianus kalau dilakukan perkusi pada terowongan karpal dengan posisi tangan sedikit dorsofleksi.

h. Pressure test. Nervus medianus ditekan di terowongan karpal dengan menggunakan ibu jari. Bila dalam waktu kurang dari 120 detik timbul gejala seperti STK, tes ini menyokong diagnosa.

i. Luthy's sign (bottle's sign). Penderita diminta melingkarkan ibu jari dan jari telunjuknya pada botol atau gelas. Bila kulit tangan penderita tidak dapat menyentuh dindingnya dengan rapat, tes dinyatakan positif dan mendukung diagnosa.

j. Pemeriksaan sensibilitas. Bila penderita tidak dapat membedakan dua titik (two-point discrimination) pada jarak lebih dari 6 mm di daerah nervus medianus, tes dianggap positif dan menyokong diagnosa.

k. Pemeriksaan fungsi otonom. Diperhatikan apakah ada perbedaan keringat, kulit yang kering atau licin yang terbatas pada daerah innervasi nervus medianus. Bila ada akan mendukung diagnosa STK.

2. Pemeriksaan neurofisiologi (elektrodiagnostik)

a. Pemeriksaan EMG dapat menunjukkan adanya fibrilasi, polifasik, gelombang positif dan berkurangnya jumlah motor unit pada otot-otot thenar. Pada beberapa kasus tidak dijumpai kelainan pada otot-otot lumbrikal. EMG bisa normal pada 31 % kasus STK.

b. Kecepatan Hantar Saraf(KHS). Pada 15-25% kasus, KHS bisa normal. Pada yang lainnya KHS akan menurun dan masa laten distal (distal latency) memanjang, menunjukkan adanya gangguan pada konduksi safar di pergelangan tangan. Masa laten sensorik lebih sensitif dari masa laten motorik.

3. Pemeriksaan radiologis. Pemeriksaan sinar X terhadap pergelangan tangan dapat membantu melihat apakah ada penyebab lain seperti fraktur atau artritis. Foto palos leher berguna untuk menyingkirkan adanya penyakit lain pada vertebra. USG, CT scan dan MRI dilakukan pada kasus yang selektif terutama yang akan dioperasi.

4. Pemeriksaan laboratorium. Bila etiologi STK belum jelas, misalnya pada penderita usia muda tanpa adanya gerakan tangan yang repetitif, dapat dilakukan beberapa pemeriksaan seperti kadar gula darah , kadar hormon tiroid ataupun darah lengkap

TERAPI

Terapi harus dimulai secepatnya. Penyebab dasar seperti diabetes atau artritis harus dikoreksi terlebih dahulu. Penyakit ini bisa disembuhkan dengan terapi seperti immobilisasi, splint, obat penghilang rasa sakit, suntikan anestesi lokal,serta operasi bila pengobatan telah gagal dilakukan dan keadaannya sudah berat (otot sampai mengecil akibat sering tertekan).




0 Responses

    Demi Masa

    Follow me

    Silahkan Komentar di sini